Jakarta – Dalam rangka menyambut penyelenggaraan Sidang Paripurna Daerah (Sidparda) Gerakan Pramuka DKI Jakarta Tahun 2025, Dewan Kerja Daerah (DKD) DKI Jakarta menghadirkan logo resmi yang penuh makna. Logo ini bukan sekadar identitas visual kegiatan, tetapi juga menjadi representasi filosofi dan semangat yang ingin dihidupkan kembali oleh para Pramuka Penegak dan Pandega di wilayah DKI Jakarta.
Logo Sidparda 2025 dirancang secara langsung oleh Ketua Pelaksana Sidparda, Kak Nabhan Palar Pastha, dengan dukungan desain grafis dari Kak Mochammad Dwi Noval Alamsyah. Dalam proses kreatifnya, Nabhan mengusung satu elemen utama yang menjadi pusat perhatian: api yang membara.
“Api yang membara mencerminkan semangat yang tidak pernah padam. Melalui Sidparda, kami ingin menyalakan kembali semangat itu di kalangan Penegak dan Pandega,” ujar Kak Nabhan saat menjelaskan filosofi desainnya.
Api dalam logo ini melambangkan semangat berkarya, berbakti, serta menjaga toleransi dan keberagaman di antara anggota Pramuka Penegak dan Pandega. Elemen tersebut dirancang tidak hanya sebagai hiasan visual, tetapi sebagai pengingat bahwa Sidparda adalah forum yang menyatukan energi, ide, dan semangat kolektif dalam mengembangkan Gerakan Pramuka ke arah yang lebih progresif.
Pelaksanaan Sidparda 2025 sendiri diharapkan menjadi momentum penting, bukan hanya untuk menyusun rencana kerja tahunan, tetapi juga sebagai ruang inspirasi bagi para peserta. Melalui forum ini, DKD DKI Jakarta ingin menanamkan kembali semangat kebersamaan dan kerja nyata, serta memastikan bahwa Penegak dan Pandega memiliki ruang aktualisasi yang inklusif dan bermakna.
“Sidparda bukan sekadar sidang tahunan, tetapi langkah awal menuju masa depan gerakan yang lebih kuat, inklusif, dan penuh semangat,” pungkas Kak Nabhan.
Dengan semangat yang digambarkan melalui logo tersebut, diharapkan Sidparda 2025 menjadi ajang konsolidasi dan kolaborasi yang mampu menggerakkan perubahan nyata dalam Gerakan Pramuka DKI Jakarta. Sebuah api semangat yang tidak hanya menyala saat forum berlangsung, tapi terus hidup dalam aksi dan karya nyata para Penegak dan Pandega setelahnya.
Pewarta: Pusdatin DKI Jakarta
Sumber: Kak Oki